Warga Indonesia baru saja digegerkan dengan berita bahwa biaya UKT PTN-PTN di Indonesia naik. Biaya UKT yang naik di PTN indonesia menghasilkan banyak respon negatif dari para mahasiswa Indonesia. Setelah keluarnya kabar ini, banyak mahasiswa PTN melakukan demo agar biaya UKT itu diturunkan karena tidak semua orang dapat membayar UKT semahal itu. Mereka melakukan demo ini bukan hanya sembarang demo saja, kenaikan UKT itu berdampak besar bagi mereka seperti beberapa mahasiswa yang terpaksa harus memutus kuliahnya karena tidak lagi mampu membayar UKT di semester selanjutnya. Salah satu contoh demo yang terjadi mengenai kenaikan UKT ialah demo yang di gelar oleh mahasiswa UB, Serikat Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) yang Gelisah pada Rabu, 22 Mei 2024 menggelar aksi unjuk rasa menentang kenaikan biaya kuliah swasta (UKT). Lebih dari 300 pengunjuk rasa memenuhi halaman Istana Kepresidenan UB. Terlihat dari aksi yang dilakukan mahasiswa UB di atas, dapat kita katakan bahwa tidak sedikit mahasiswa PTN yang ingin UKT diturunkan. Semakin lama, Indonesia semakin jauh dari slogannya yaitu “Indonesia 2045 emas”.
Diketahui bahwa kenaikannya biaya UKT itu awalnya dikira disebabkan oleh inflasi yang melanda Indonesia namun argument itu di bantah oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek). Mereka menyatakan bahwa kenaikan biaya UKT itu bukan disebabkan oleh inflasi, melainkan UKT sendiri itu naik dikarenakan adanya komponen baru yang dibebankan kepada mahasiswa. Walau niat nya seperti itu tapi kenaikan biaya nya itu sangatlah tinggi, awalnya Untuk mahasiswa sastra Arab angkatan 2024, USU menetapkan UKT sebesar Rp500.000 hingga Rp8,5 juta. Sebagai perbandingan, UKT prodi yang sama pada 2023 berkisar dari Rp500.000 hingga Rp5 juta, Maka UKT tertinggi untuk mahasiswa sastra Arab naik 70%. Betapa gilanya pemerintah meningkatkan biaya UKT setinggi itu, apa mereka tidak berfikir bagaimana Nasib orang orang kurang mampu diluar sana yang ingin melanjutkan pendidikannya di PTN. Skema pemerintah menaikkan biaya UKT ini seperti mereka melarang warga kurang mampu untuk melanjutkan edukasi mereka di tingkat PTN. Angka kemiskinan pada Maret 2024 melanjutkan tren penurunan dari 9,36 persen pada Maret 2023 menjadi 9,03 persen. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2024 mengalami penurunan sebesar 680.000 dibandingkan Maret 2023, dan jumlah penduduk miskin meningkat menjadi 25,22 juta jiwa.
Kondisi ekonomi sebagian besar warga Indonesia yang masih berada di bawah garis kemiskinan membuat mereka sulit untuk menjangkau pendidikan tinggi. Bagi banyak keluarga, membayar UKT yang tinggi berarti harus mengorbankan kebutuhan dasar lainnya seperti makanan, tempat tinggal, dan kesehatan. Hal ini menjadi tembok besar yang menghalangi mereka untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Padahal, pendidikan adalah kunci untuk keluar dari lingkaran kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup. Tanpa akses yang memadai terhadap pendidikan tinggi, kesenjangan sosial dan ekonomi di Indonesia akan semakin melebar. Oleh karena itu, penting untuk menurunkan UKT agar lebih banyak warga Indonesia yang bisa mengakses pendidikan tinggi dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Untuk apa peningkatan fasilitas-fasilitas PTN jika warga warga tidak mampu membayar fasilitas tersebut, sebagai Perguruan Tinggi “Negeri” yang harusnya dapat membantu warga negeri nya ini malah sebalik nya, biaya UKT yang luar biasa ini hanya membebani pundak warga warga indonesia, ini sama saja mengatakan bahwa “jika engkau tak punya uang, masuk PTS aja!! PTN ini hanya menerima orang orang yang MAMPU!!”. Ini tidak hanya melukai perasaan calon mahasiswa/mahasiswi indonesia tetapi ini juga melukai perasaan PTS-PTS diluar sana, mereka berfikir bahwa kebanyakan mahasiswa memilih bersekolah di sana karena sebagai pelarian mereka dari PTN yang mahal tadi.
Banyak orang mengatakan, “kalau ga mau bayar uang UKT, masuk beasiswa aja!”. Mereka mengatakan itu seperti program beasiswa itu dapat memastikan banyak orang dapat masuk PTN, program beasiswa sendiri itu dirancang agar dari sekian banyaknya kontestan yang ikut serta dalam beasiswa itu agar diseleksi. Program beasiswa hanya bisa membantu segelintir orang saja, banyak calon mahasiswa yang memenuhi syarat akademis namun tetap tidak bisa melanjutkan pendidikan karena tidak mendapatkan beasiswa. Selain itu, proses seleksi beasiswa yang ketat dan kompetitif membuat banyak siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu terpaksa mengubur impiannya. Tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan beasiswa, sehingga masih banyak yang terpinggirkan. Solusi jangka panjang yang lebih efektif adalah dengan menurunkan UKT secara keseluruhan, sehingga pendidikan tinggi menjadi lebih terjangkau untuk semua kalangan, bukan hanya bagi mereka yang beruntung mendapatkan beasiswa. Orang orang yang mengikuti program beasiswa namun tidak terpilih oleh programnya bukan berarti mereka tidak pintar, mereka mengikuti beasiswa itu agar mereka tidak mampu membayar UKT dan harus mencari alternatif lain yang dapat membantu mereka secara signifikan. Karena UKT yang tinggi ini apakah negara berfikir bahwa para mahasiswa harus berketergantungan dengan beasiswa, seharusnya negera memberikan bantuan dengan metode lain, seperti UKT yang terpisah berdasarkan gaji minimum orang tua mahasiswa.
Menurunkan UKT adalah langkah strategis untuk mencapai visi “2045 Indonesia Emas.”yang di damba-dambakan oleh negeara, Dengan biaya pendidikan yang lebih terjangkau, akan lebih banyak generasi muda yang bisa mengenyam pendidikan tinggi dan mengembangkan potensinya. Ini penting karena sumber daya manusia yang berkualitas adalah kunci utama untuk bersaing di kancah global. Negara-negara maju sudah membuktikan bahwa investasi di bidang pendidikan memberikan dampak positif yang signifikan terhadap perkembangan ekonomi dan sosial. Jika Indonesia ingin bersaing dengan negara-negara lain dan mencapai status sebagai negara maju pada tahun 2045, maka pendidikan tinggi harus menjadi prioritas utama. Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan menurunkan UKT, sehingga lebih banyak warga Indonesia yang bisa berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Saya tidak mengatakan bahwa PTS tidak dapat memberikan edukasi yang bagus kepada mahasiswa negeri kita, tapi keberadaan PTN sendiri adalah mimpi dari ratusan ribu calon mahasiswa indonesia, jika mereka tidak dapat mengejar PTN impian mereka maka proses pembelajaran mereka itu tentu tidak maksimal dari apa yang seharusnya mereka lakukan.
Untuk memastikan bahwa Indonesia dapat bersaing dengan negara-negara lain dan mencapai visi Indonesia Emas 2045, PTN harus mengurangi biaya UKT mereka. Langkah ini akan membuka akses pendidikan tinggi bagi lebih banyak orang, terutama mereka yang berasal dari latar belakang ekonomi rendah. Dengan demikian, kesenjangan sosial dan ekonomi bisa dikurangi, dan sumber daya manusia yang berkualitas bisa lebih merata di seluruh Indonesia. Peningkatan akses pendidikan tinggi juga akan berdampak positif terhadap perkembangan ekonomi dan sosial negara. Oleh karena itu, menurunkan UKT bukan hanya sebuah kebutuhan, tetapi juga sebuah keharusan demi masa depan Indonesia yang lebih cerah. Dengan tetap meningkatnya biaya UKT di PTN indonesia maka demo demo yang dilakukan oleh mahasiswa pasti tidak akan terelakan, dengan sebuah negara yang bahkan tidak akur dengan satu sama lain bagaimana mungkin kita dapat mencapai atau bahkan bersaing dengan negara negara lain, kita saja sudah kalah jauh dari singapur dalam bidang pendidikan dan teknologi. Marilah sama sama kita berikan kesempatan pada mahasiswa untuk beredukasi lebih demi indonesia emas!