Di kehidupan zaman globalisasi seperti sekarang, untuk masuk kedalam suatu lingkup pergaulan harus mempunyai usaha yang ekstra. Namun, terkadang ada saja orang yang mudah untuk mendapatkan segalanya karena mempunyai penampilan yang menarik. Ini biasanya disebut dengan Beauty privilege. Hak istimewa atau keuntungan dalam diri seseorang yang punya penampilan fisik menarik dibandingkan dengan orang pada umumnya. Perlakuan orang lain akan berbeda jika bertemu dengan orang tampan dan cantik dibandingkan dengan orang yang biasa saja. Ini sering tidak dipercaya oleh masyarakat yang ada, namun nyatanya fenomena ini sering kali terjadi di dalam kehidupan kita sehari-hari. Bahkan terkadang hal ini sangat kelihatan perbedaannya. Ada yang bersikap lebih lembut, terkesan membeda-bedakan karena hal ini. Kira kira bagaimana sih ketampanan dan kecantikan seseorang mempengaruhi ketimpangan perilaku orang-orang sekitar?
Orang yang berparas rupawan, cenderung akan mempunyai kepercayaan diri yang lebih. Karena penampilan sangat berpengaruh dan mendukung kehidupan sosial sehari-hari seseorang (Santoso, M.V., Fauzia, R. and Rusli, 2020). Jika berparas rupawan maka orang orang akan tertarik dan akhirnya orang ini akan menerima pujian dan perhatian yang positif dari lingkungan sekitar. Diperoleh data bahwa seorang individu yang berpenampilan menarik dipandang lebih baik oleh lingkungan sekitarnya (Viazensa Tiara Pratami, Reni Nuryani, Sri Wulan Lindasari, 2023). Jika pandangan orang sudah baik kepada kita maka kita akan menjadi lebih percaya diri. Maka itu, dari sinilah kepercayaan diri yang diperoleh dari orang lain memunculkan hak istimewa bagi yang memiliki paras cantik dan tampan ditambah berpenampilan menarik (B et al., 2023). Orang yang percaya diri ditambah dengan penampilan menarik seperti inilah yang akan lebih mudah untuk mendapatkan hubungan dalam lingkungan sosial.
Adanya beauty privilege ini akan berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan. Perlakuan istimewa tersebut menjadi salah satu hal yang didambakan oleh banyak individu dikarenakan ini adalah salah satu di antara faktor keberhasilan eksistensi seorang individu di dalam masyarakat (Fadila, 2022). Bukan hanya seperti kehidupan sosial, namun juga dalam dunia pekerjaan. Di sekitar kita tidak sedikit tempat kerja yang menerapkan syarat khusus yang bertuliskan “berpenampilan menarik” secara tidak langsung memberitahukan bahwa berparas rupawan akan menjadi nilai lebih bagi seseorang. Tentunya ini tidak adil dan merupakan suatu ketimpangan perilaku dalam dunia karir dan pekerjaan. Jika berfikir bahwa hanya perempuan yang akan mendapatkan keistimewaan ini, maka itu merupakan hal yang salah. Melansir dari CNBC Make It, sebuah studi yang meneliti lebih dari 11 ribu orang Amerika selama 20 tahun menemukan bahwa laki-laki berpenampilan menarik lebih berpeluang mendapat pekerjaan yang lebih baik dan menghasilkan lebih banyak uang daripada perempuan berpenampilan menarik.
Dengan banyaknya standar kecantikan dan ketampanan yang ada di dunia, akan membuat seseorang semakin tertekan untuk memikirkan bagaimana cara mengejar standar tersebut. Maka dari itu orang yang biasa saja akan menjadi semakin tidak percaya diri dan akan merasa insecure. Penelitian yang dilakukan oleh Khoirunnisa (2023) beauty privilege dapat menyebabkan diskriminasi secara langsung. Inilah yang menyebabkan ketimpangan perlakuan karena memang sudah sifat dasarnya manusia bertindak seperti itu. Manusia cenderung ingin mendapatkan pengakuan dari orang lain. Menurut Gani (2016) individu yang percaya diri memiliki ciri – ciri diantaranya, yaitu mandiri, bertanggung jawab, optimis, dapat melakukan tugas dengan baik, tidak mementingkan diri sendiri, tidak memerlukan dukungan dari orang lain, dapat menyesuaikan dirinya secara baik, serta selalu memiliki pikiran positif dalam hal apapun. Adapun individu yang memiliki kepercayaan diri rendah, ciri – cirinya adalah mudah cemas ketika menghadapi masalah, merasa gugup, lebih bergantung kepada orang lain, sulit meredakan ketegangan dalam situasi tertentu, cenderung menolak pujian yang diberikan kepada dirinya, selalu memposisikan diri sebagai yang terakhir, mudah menilai segala hal dari segi negatif dan pesimis.
Sebenarnya kecantikan dan ketampanan dipengaruhi kuat oleh pendapat masyarakat. Pendapat masyarakat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Jika orang yang ada di lingkungan tersebut dominan menganggap bahwa si A tampan, si B cantik maka yang lain pun akan menganggap seperti hal demikian. Ini seperti halo effect, yaitu kecenderungan seseorang dalam mengambil atau menarik kesimpulan atas sesuatu atau tentang seseorang berdasarkan satu faktor saja. Pendapat masyarakat pun pastinya akan berubah seiring berjalannya waktu, Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono membenarkan bahwa standar kecantikan dan ketampanan akan berubah seiring perkembangan zaman. Jadi memang kecantikan dan ketampanan itu adalah hasil dari konteks sosial dan budaya masyarakat. Kalimat bahwa cantik dan tampan itu berbeda-beda menurut perspektif, bukanlah hal yang salah.
Untuk masuk kedalam lingkup suatu pergaulan memerlukan usaha yang ekstra di zaman sekarang ini. Seringnya perbedaan perlakuan berdasarkan dari penampilan dianggap tidak nyata dan bukanlah hal yang harus dipikirkan. Nyatanya adanya ketimpangan perilaku sosial dikarenakan penampilan membuat ketidakadilan yang terasa bagi masyarakat. Perlakuan yang berbeda jelas akan menyebabkan diskriminasi. Untuk meminimalisir itu semua, kita harus lebih memperhatikan karakter dan kemampuan dari masing-masing individu. Agar sesama kita menjadi lebih setara dan menjauhi dampak negatif dari hal ini. Pentingnya juga untuk menjaga kesehatan mental diri masing-masing agar tidak tenggelam di dalam maraknya alur dunia global.