You dont have javascript enabled! Please enable it!

Khalisha Amira Zulfikar – Cantik (bukan berarti) Aman

Akhir-akhir ini, seringkali standar kecantikan menjadi tolak ukur. Menurut kebanyakan orang, memiliki penampilan menarik dapat memberikan keuntungan dalam banyak situasi. Perhatian positif lebih mudah didapatkan oleh orang-orang yang dianggap cantik. Bahkan, memiliki penampilan menarik telah menjadi hal yang lumrah. Bahkan sering kali berpenampilan menarik menjadi salah satu syarat dalam berbagai pekerjaan. Mirisnya, penerimaan sosial yang baik tidak didapatkan secara merata. Mereka yang memiliki penampilan lebih cantik sering kali lebih mudah mendapatkan perlakuan yang lebih baik.  Namun, privilege atau hak istimewa yang didapatkan tidak seindah realitanya. Semuanya juga memiliki sisi gelap tersendiri.

Kecantikan bukanlah jaminan keselamatan atau keamanan. Penampilan menarik memang memberi beberapa peluang. Bahkan kecantikan membantu mempermudah interaksi sosial. Kenyataannya, kecantikan tidak dapat melindungi seseorang dari bahaya dan ancaman yang mungkin datang. Sayangnya, masih banyak yang menganggap bahwa kecantikan adalah pelindung mutlak. Orang yang berpenampilan menarik tetap bisa mengalami masalah dan bahaya yang sama seperti orang lain. Hal ini menekankan pentingnya kesadaran bahwa kekuatan dan ketahanan sejati berasal dari dalam diri, bukan sekadar dari penampilan luar.

Contoh kasus-kasus pelecehan, penindasan, dan kekerasan yang dialami oleh orang-orang berpenampilan menarik menunjukkan bahwa kecantikan bukanlah jaminan perlindungan dari bahaya. Faktanya, beberapa orang menjadi sasaran utama para penjahat karena penampilan mereka. Misalnya, pada tahun 2019, kasus pelecehan terhadap seorang mahasiswi Universitas Indonesia menjadi viral dan menyoroti bahwa perempuan berpenampilan menarik rentan terhadap  pelecehan di ruang publik. Peristiwa tersebut melibatkan pelaku yang melakukan perbuatan asusila di angkutan umum, yang kemudian direkam dan dibagikan oleh korban ke media sosial, yang kemudian memicu reaksi dari masyarakat dan media. Peristiwa ini menunjukkan  pentingnya mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menghormati semua orang, apapun penampilannya, dan menegakkan hukum yang melindungi setiap orang dari pelecehan dan kekerasan.

Orang yang cantik sering kali menjadi korban kekerasan atau pelecehan, tapi anehnya, mereka sering disalahkan atas apa yang terjadi pada mereka. Misalnya, orang mungkin berpikir bahwa karena penampilan mereka menarik, mereka seharusnya tidak mengalami masalah atau bahkan dianggap “mencari perhatian” jika terjadi sesuatu yang buruk. Padahal, tidak ada hubungan antara penampilan seseorang dan tindakan orang yang berbuat jahat. Menyalahkan orang cantik karena kejadian tersebut adalah bentuk ketidakadilan yang mengalihkan tanggung jawab dari pelaku kejahatan dan menambah beban psikologis bagi korban. Semua orang, tidak peduli bagaimana penampilannya, berhak untuk merasa aman dan dihormati tanpa harus menanggung kesalahan yang tidak mereka buat.

Selain itu, menjadi cantik sering kali memberikan tekanan dari sekitar untuk selalu tampil sempurna. Tekanan ini dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang. Bahkan, dapat rasa tidak puas terhadap diri sendiri. Kebutuhan untuk memenuhi ekspektasi sosial mengenai penampilan dapat mengganggu keseimbangan hidup dan mengalihkan fokus dari pencapaian pribadi dan nilai-nilai yang lebih penting. Akibatnya, orang yang dianggap cantik mungkin merasa terjebak dalam standar yang tidak realistis, yang pada akhirnya berdampak negatif pada kesejahteraan mereka.

Standar kecantikan seringkali dipandang sebagai manfaat atau tolak ukur, namun kecantikan tidak menjamin keamanan atau perlindungan dari bahaya. Meskipun penampilan yang menarik dapat membuat kehidupan menjadi lebih mudah, namun hal tersebut tidak melindungi seseorang dari kekerasan atau pelecehan. Faktanya, orang-orang berpenampilan menarik seringkali diperlakukan tidak adil, termasuk disalahkan atas hal-hal yang menimpanya.

Tidak ada salahnya ingin tampil menarik, namun penting untuk disadari bahwa terlalu mengandalkan standar kecantikan dapat berdampak buruk pada kesehatan mental dan kepercayaan diri Anda. Ketika standar kecantikan dijadikan tolok ukur utama, banyak orang yang merasa tidak puas dengan dirinya sendiri hingga mengalami stres dan kecemasan. Hal ini menekankan bahwa semua orang berhak untuk merasa aman, dihormati, dan memiliki rasa percaya diri yang kuat, tidak peduli bagaimana penampilan mereka. Bagaimanapun, yang lebih penting adalah menghargai diri sendiri, bukan terjebak dalam ekspektasi sosial yang tidak realistis.

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.

error: Alert: Content selection is disabled!!