Goresan Cerita Pilu: Puisi Kolaborasi Sera Marini dan Siswa Kelas X IPA 1 MAN IC Siak
hening, suasana ini lebih tenang dari biasanya
daun pun berhenti melambai demi kami
serasa menunggu serangan dari musuh
siap siaga dengan kuda-kuda segera menjelma
Bentukmu mikro dampakmu makro
Dalam sekejap merampas hari-hari sukacita
Tiada lagi canda gurau kala bersua
Hanya ketakutan demi ketakutan tersisa
Hari hari kian membisu
Tak ada lagi kudengar suara teman-temanku
Andai ia tahu
Datangnya benar benar mengganggu
Mengganggu setiap sendi kehidupan
Mengacau ulangan dadakan
Kadang ku menangis
Kapan dia pergi?
Jarum jam terus berjalan bersamaan dengan makhluk yang terus menelan
Meninggalkan kegelisahan dan keresahan
Dan berharap sebuah keberuntungan untuk melanjutkan kehidupan
Kini hanya bisa berharap sembari terus mencuci tangan
Menyebar tanpa peringatan dan pemberitahuan
Merampas sejuta harapan
Menghancurkan sebuah perekonomian
Kini hanya dapat menunggu dan berserah tangan
Hanya doa, pasrah dan usaha yang bisa kami lakukan.
Kami harap tuhan mengabulkannya.
Dan menghapus hidup kalian.
Di dalam rencananya.
Allah kirim balam tentara
menyerbu kita yang manusia
apa yang kita bisa?
dia renik, tak tertangkap mata
ia datang tanpa permisi
merusak segala rencana yang ada
tapi apa daya
rencanaNya lah yang berkuasa
Rupamu seperti mentari
Namun kalian berbeda
Mentari sumber kehidupan dunia
Tapi kau sumber kerusakan dunia kami
Disaat semua merasa aman
Disaat semua merasa hangatnya pelukan
Dan seketika semua itu hilang
hanya waktu yang bisa menjawabnya
Namun apa benar mereka virus?
Sebulan sejak kedatangan mereka
Keadaan bumi menjadi lebih baik
Apakah benar mereka adalah virus?
Bisa jadi mereka adalah malaikat
Malaikat yang memiliki wujud iblis
Membantu manusia untuk membersihkan bumi
Dengan bayaran manusia itu sendiri
Ini menjadi bukti tuhan sangat berkuasa
Mengirim tentara dengan ukuran tak seberapa
Membuat dunia porak poranda
Hingga negara adidaya pun tak berdaya
Namun, jangan kau renggut semua
kami mohon pergilah kalian semua
hingga kami dapat hidup nyaman
menikmati indahnya Ramadhan
Kini ramadhan ada didepan mata
Tetapi tanda tandanya tidak dapat kita rasakan
Bahkan suara riuh gemuruh puasa hilang dengan seketika kau telan bak dahaga di tenangah teriknya matahari
Oh corona….
Begitu kejamnya dirimu
Kau renggut apa yang seharusnya kumiliki
Tapi kami selalu berdoa
Kami selalu berharap
Kami selalu waspada
Karena engkau bermanfaat
Karena engkau…
Kami dapat menjalinkan silaturahmi
Kami menjauhi kemaksiatan
Hingga kami selalu merasa tersenyum
Kau seakan menundukkan kekuasaan
Kau seakan memperlihatkan kefanaan
Kau seakan melumpuhkan kemaksiatan
Yang membuat manusia ingat kematian
Hentikan rasa sakit ini
Hentikan semua kekejaman ini
Musnahkan kemaksiatan yang telah merajakan diri
Kembalikan kedamaian kami
Jangan rebut bahagia kami
Kami sudah tertatih-tatih
Tak sanggup menghadapimu lagi
Tidakkah kau merasa lelah?
Hari demi hari kian berlalu
Badai Nestapa yang kami lalui
Bak Tempur Didalam Tempurung
Apakah Kau tak merasa iba?
bak singa yang terlepas
nyawa pun kau rampas
stop bertindak ganas
kembalilah ke markas
Kenapa?
Kenapa tidak kau sudahi saja semua ini
Sudah banyak lara yang kau beri
Sudah cukup kau makan jiwa yang tak bersalah
Kau bagai tamu tak di undang
Sudah cukup semua basa basimu disini
Enyahlah!! kami mengusirmu
Kau rampas senyum di bibir kami
Kau rampas kesucian di bulan suci kami
Kau rampas kesenangan di hari kemenangan kami
Kini hanya Dia lah yang bisa menjadikannya seperti sedia kala lagi