Bumi, Pandemi dan Kami: Puisi Kolaborasi
Udara terlihat lebih bersih
Dedaunan berhasil mengantarkan oksigen
Bumiku sehat.
Apa bumiku sakit sebelumnya?
Bumi, Pandemi dan Kami: Puisi Kolaborasi
Udara terlihat lebih bersih
Dedaunan berhasil mengantarkan oksigen
Bumiku sehat.
Apa bumiku sakit sebelumnya?
Welcome, Login to your account.
Welcome, Create your new account
A password will be e-mailed to you.
Sebelumnya tak begini, Aku mengenal bumiku sebelumnya
Tak ada yang salah dengan bumiku ini, dulu ku rasakan kenyamanan tinggal di bumiku tercinta
Bumiku baik baik saja
Dedaunan masih terus bekerja
Embun pagi masih membasahi pipi
Ditambah keindahan Kilauan mentari
Bumi akan terus baik baik saja
Jika ia tidak memikul beban yang semakin sarat
Jika manusia tidak serakah tamak dan jahat
Dan jika manusia bisa hidup tanpa gejolak
Bagaimana kisahnya kini?
Hal kecil berdampak besar
Tangisan kini semakin bergulir
Tinggal kita yang mengikuti bagaimana ia mengalir
Mengalir bersama sisa sia kenangan
Jatuh bersama air mata yang terbuang
Menunggu berubahnya takdir tuhan
Semoga penderitaan segera hilang
Isakan tangis mengulir perlan
Mengikuti alur perjalanan sunyi
Berita duka seakan membuyarkan lamunan
Berharap pandemi segera usai dan pergi
Terasa pahitnya keadaan yang telah menghancur kebahagiaan
aku ingin melihat semua terasa sempurna sedia kala
layaknya jalan lurus menuju surga
Sudah cukup kamu berada di bumi
Telah banyak jiwa yang diambil
Sudah cukup kamu bersenang-senang disini
Sebagai peringatan bagi manusia labil
Terkadang engkau menghukum yang benar
Tetapi disaat yang tidak tepat
Bukankah kamu sudah puas?
Melihat alam semesta ini
Kami kira makhluk bermahkota itu
Merekalah monsternya
Tetapi sejatinya
Kamilah monster itu
Kini semua kian berbeda
Ketika pandemi ini melanda
Seakan alam murka
Pada penghuni isi dunia
Sungguh miris melihat perbedaan ini
Kini tersesali sudah perbuatan selama ini
Namun apa boleh buat?
Alam seolah sudah tidak menyadari
banyak sudah yang terjadi pada alam kita
banyak sudah yang terjadi pada bumi
setiap orang bertanggung jawab
atas semua kesalahan dan kelalaian kita sebagai penghuni bumi
apa yang telah kita lakukan selama ini
mendapat teguran dari ilahi
dapatkan kita saling mengerti
untuk menjaga bumi ini
Di mana kesombongan yang selalu kita banggakan
Bak sebuah gempa di dasar laut yang menjadi penghantar untuk tsunami
Kesombongan itu hanya mengantarkan bencana bagi bumi ini
Akankah hal ini akan terus terjadi ataukah hal ini akan berhenti
ku harap engkau pergi
dan mengerti kondisi kami saat ini
kami lara…..
terbelenggu didalam lockdown negara
Tetesan air mata menyentuh dinginya tanah
Dunia tiada henti mempertontokan amarahnya
Ingin diri ini menghakiminya
Tapi apa daya hanya sebuah fatamorgana
Sungguh tega kau datang
Datang tanpa membawa pesan
Ketakutan, kecemasan kini menjadi tradisi
Tak satupun dapat tenang melihat semua ini
Ini semua adalah bukti
Bukti dari keserakahan diri
Diri manusia yang tak mau mengerti
Akan larangan dari sang ilahi
Ini semua adahal hasil
Buah tangan dari sang khalifah
Yakni manusia yang amat serakah
Menganggap dunia fana sebagai syurga