Penantian Tak Berujung: Puisi Kolaborasi
Sepi, jalanan lengang dari biasanya
Sunyi, hiruk pikuk pun hengkang dari kerumunan
Sesekali roda empat berwarna putih lalu lalang
Entah ke balai pengobatan entah ke pemakaman
Penantian Tak Berujung: Puisi Kolaborasi
Sepi, jalanan lengang dari biasanya
Sunyi, hiruk pikuk pun hengkang dari kerumunan
Sesekali roda empat berwarna putih lalu lalang
Entah ke balai pengobatan entah ke pemakaman
Welcome, Login to your account.
Welcome, Create your new account
A password will be e-mailed to you.
ribuan ornag sudah terinfeksi
ribuan orang telah pergi
tak pernah kusangka ini akan terjadi
duniaku yang ramai kini menjadi sepi
Apabila dunia terus begini
Ntah apa ýang akan terjadi
Mari kita berdoa
Demi dunia ini
Tuhan, Kasihani kami
Dosa apa yang kami lakukan
Teguran mu serasa perih bagi kami
Ampuni kami , Ya Tuhan…..
Kami hanya manusia yang penuh kesalahan
kami selalu tidak merasapuas dengan nikmat mu
Kami meminta maaf kepada mu dan
Kami akan memperbaiki bumi mu
Akankah ini menjadi sejarah?
Tentang kisah pilu yang mewabah
Atau menjadi sebuah pelajaran
Menderai air mata dan penyesalan
tak kan ada yang menyangka seperti ini akhirnya
keadaan yang dulunya bahagia
kini telah berubah menjadi duka
semuanya bingung harus bertahan atau pergi dengan guncangan
Semua yang awalnya ramai
Seketika berubah sepi
Hingga tak tau harus bagaimana lagi
Membuat semuanya berubah kembali
Jutaan manusia tlah kau bunuh
Hanya dalam sekejap mata
Membuat dokter menjadi pahlawan yang berjasa
seandainya kalian mengerti
bahaya ada diluar sana
hanya berdiam di rumah
sudah cukup membantu
Dunia sekarang sepi
Bagai setan yang menghantui
Hingga semua bersembunyi
Seakan takut dengan mati
Jikalau engkau tidak ada corona
Mungkin kami lebih tenang
Kami tahu ini semua cobaan
Tapi mengertilah dampaknya bagi kami
Kau senang bukan???
Kau kini berhasil,menyerang kami dengan rasa khawatir.
Membuat terlelap kadang tak sedap.
Menyekap dalam sekat.
Yang lebih sadis merampas maut dengan sekejap.
Dunia kami telah terdiam
Meratapi kesedihan yang entah kapan habisnya
Yang dulu dihiasi tawa
Berganti paparan tanah tak bersuara
Wahai corona
Sudah cukup engkau didunia
Kami ingin menuntut ilmu bersama
Beribadah bersama
Dan beraktivitas seperti tidak terjadi apa-apa
Sungguh puluhan ribu nyawa
Telah hilang sia – sia
Sungguh jutaan manusia
Hilang mata pencahariannya
Sungguh Abdi negara
Berjuang bertaruh nyawa.
Terimakasih ku ucap
Kepada Tuhan pencipta
Dari garis takdirmu
Terselip mutiara kehidupan
Memang, kita tidak bisa berbuat banyak
Namun bukan berarti kita tidak bisa bertindak
Jika di dalam perang kita memerlukan senjata untuk menang
Kala ini kita hanya membutuhkan persatuan untuk menang
dunia emang lagi kacau
yang disebabkan virus kecil tak kasat mata
namun dibalik itu kita tidak boleh melupakan persatuan
yang telah membangun bangsa ini
mari kita ulang persatuan tersebut untuk mengalahkan virus kecil tersebut
aku hanya bisa terisak pelan
melihat sekilas pemandangan yang begitu menyakitkan
yang hanya bisa, ku ratapi lewat jendela
berharap agar secercah harapan akan segera tiba
akankah harapan itu tiba?
ataukah akan sirna ditelan waktu?
harapan ini kan terus tumbuh
seiring dengan perjuangan yang terus membara
Apakah kehidupan ini ?
Apakah jalan hidup ini
Yang akan kami jalani
Yg akan kami lewati setiap hari?