You dont have javascript enabled! Please enable it!

Teks anekdot – Daffa Azri Nuzilwan – X IPS 1

SI RADIT YANG MALANG

 

       Di suatu pagi yang cerah, Radit sedang menikmati makan bubur di tukang bubur langganannya. Setelah merasa perutnya sudah kenyang, Radit langsung beranjak pulang. Ditengah-tengah perjalanan pulang, Radit mendapat musibah yaitu kecelakan terserempet pengendara sepeda motor yang ugal-ugalan. Na’as kecelakaan ringan itu menyebabkan kaos Radit robek-robek karena terjatuh terkena aspal.

       Dengan terpaksa Radit langsung berjalan kaki tetap menggunakan kaos yang robek itu. Berhubung rumah Radit jauh, maka ia memutuskan untuk membeli kaos baru ke toko kaos, namun apa daya uang yang dimiliki tidak mencukupi dan akhirnya Radit memutuskan untuk tidak membeli kaos di toko itu. Karena uang Radit tidak cukup untuk membeli kaos, Radit mempunyai niat buruk untuk mencuri kaos yang ada dijemuran rumah seseorang yang letaknya tidak jauh dari toko kaos tersebut. Radit ingin mengambil kaos yang bagus di jemuran itu.

        

          Radit duduk-duduk manis didepan teras rumah yang menjadi target, ia fokus memperhatikan setiap orang yang melewati rumah itu. Ketika sudah tidak ada orang yang melewati rumah itu, Radit langsung melakukan aksinya untuk mencuri kaos tersebut. Ternyata perbuatan buruk yang tidak baik untuk dicontoh tersebut berjalan dengan mulus dan lancar, Radit berhasil mendapatkan kaos incarannya yang berwarna merah maroon dan termasuk kaos yang paling bagus yang ada di jemuran itu. Ternyata, tiidak di sangka-sangka si pemilik rumah itu menyadari bahwa si Radit itu telah mencuri dan mengambil kaos miliknya yang dijemur di dijemuran rumahnya.

         Pemiliki rumah sekaligus pemilik kaos tersebut mengejar si Radit sekaligus teriak-teriak. Apes sekali si Radit saat itu, perutnya yang buncit membuatnya tidak bisa lari kencang. Singkat cerita, si Radit tertangkap dan diseret ke kantor polisi untuk dilaporkan kejahatan yang sudah dilakukan oleh si Radit

         Setelah Radit di periksa oleh polisi, Akhirnya Radit di vonis dengan pasal pencurian dan kasus yang telah dilakukan oleh Radit ini akan segera di sidang satu minggu lagi. Sial sekali nasip Radit saat itu, persoalan sepele seperti ini ternyata bisa membuatnya terseret ke meja hijau dan kedalam sel. Akhirnya hari persidangan itu tiba, Radit duduk di kursi tersangka dengan raut wajahnya yang cukup pucat dan menundukan kepalanya kebawah karena merasa malu dan takut.

 

     Hakim: “Baiklah, Radit, usiamu masih 22 tahun, tetapi sudah terbukti dan tertangkap basah telah mencuri kaos orang yang dijemur di halaman rumahnya dan harga kaos tersebut 50.000. Dengan tindakan dan perbuatan negatif ini, Anda akan dijatuhi hukuman selama 5 tahun penjara.”

 

      Radit: “Loh?! Tunggu dulu pak hakim, hukuman yang diberikan kepada saya ini sama sekali tidak adil! Kenapa hukuman yang diberikan oleh pak hakim terhadap saya ini lebih berat dibandingkankan dengan hukuman para koruptor yang mencuri jutaan hingga triliunan?”

       Lalu pak hakim memberikan sedikit penjelasan singkat kepada Radit, bahwa jika Dia telah mencuri kaos sehingga merugikan seseorang sebesar 50.000 rupiah. Sementara itu para koruptor yang melakukan korupsi mencuri uang sebanyak 2 miliar, sehingga bisa merugikan masyarakat dan rakyat Indonesia. Nah, jika dihitung dengan seksama para koruptor ini hanya merugikan 10 rupiah saja dari setiap orang di Indonesia. Sehingga bisa disimpulkan bahwa kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh Radit ini lebih besar dibandingkan dengan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh para koruptor.

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.

error: Alert: Content selection is disabled!!